Pengunjung kawasan obyek wisata Cipanas khususnya pemandian air panas Cipanas Indah Kecamatan Tarogong Kaler Garut selama sepekan liburan Idul Fitri 1438 H/2017 sekarang mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun sebelumnya.
Padahal kawasan Cipanas merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit di Kabupaten Garut yang tak pernah sepi diserbu pengunjung setiap tiba musim liburan. Termasuk liburan Idul Fitri dan liburan anak-anak sekolah yang biasanya merupakan masa “panen pendapatan usaha wisata”.
Pihak pengelola Cipanas Indah pun telah berupaya maksimal melakukan berbagai penataan dan perbaikan sarana prasarana guna menarik pengunjung.
“Bisa dilihat sendiri. Areal parkir tidak begitu dipenuhi kendaraan. Kolam renang juga. Padahal biasanya musim liburan itu tempat parkir maupun kolam renang padat sekali, tidak bisa menampung kedatangan pengunjung yang membeludak,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Cipanas Indah pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut Herman, Ahad (2/7/17).
Menurutnya, tingkat kunjungan wisata ke Cipanas Indah dalam sepekan liburan Idul Fitri 2017 mengalami penurunan hingga 30% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Hal itu terjadi pada kunjungan kolam pemandian air panas maupun hunian kamar hotel.
Herman menyebutkan, salah satu penyebab berkurangnya minat wisata ke Cipanas karena kondisi air panas di kawasan tersebut mengalami perubahan signifikan. Debit air dari sumber mata air serta suhunya terus berkurang. Suhu air panasnya kini hanya berkisar 20 derajat celcius.
Padahal daya tarik wisata utama kawasan tersebut yakni keunggulan kondisi airnya. Selain debitnya berlimpah, jernih, tidak berbau belerang, juga suhunya cukup panas berkisar 37 - 46 derajat celcius. Sehingga sangat cocok untuk terapi kesehatan bagi mereka yang mengalami keluhan rematik, penyakit kulit, atau kelelahan.
“Tapi sekarang, berendam jam delapan malam bukannya asyik menyegarkan malah kabulusan atau kedinginan,” ujarnya.
Herman menduga kondisi tersebut akibat rusaknya lingkungan daerah resapan air di kaki Gunung Guntur di atas kawasan Cipanas terutama maraknya aktivitas galian C liar yang tak jua teratasi. Padahal kawasan tersebut merupakan Cagar Alam.
Pasalnya, air panas di kawasan obyek wisata Cipanas Garut merupakan air panas murni dan alami bersumber dari aliran sungai bawah tanah yang terpanaskan tungku raksasa magma Gunung Guntur. Debit air maupun suhunya sangat bergantung pada kondisi bentangan alam yang ada. Sehingga ketika struktur lingkungan tanah atau bentangan alamnya berubah akibat galian C maka kondisi aliran sungai bawah tanah maupun debit dan suhunya pun terpengaruh.
Hal itu dikuatkan dengan banyak sumber mata air di kawasan tersebut yang debit maupun suhunya berkurang bahkan airnya hilang sama sekali. Seperti sumber mata air di Pamenong Rancabango, Tanjung Kamuning, Cisakti Cilopang, dan Cikatel Pananjung. Begitu juga sumber air di Ciengang.
“Bentangan alam di atas kawasan Cipanas yang ratusan hektare digali sampai rata. Termasuk dam penahan material lahar berketinggian 30 meter - 60 meter yang dibangun pada masa orde baru itu. Padahal yang namanya Cagar Alam, jangankan ada aktivitas galian C, untuk menanam pohon pun tidak boleh, dan harus tanaman endemik,” keluh Herman.
Faktor lain penyebab menurunnya kunjungan wisata ke Cipanas, lanjut Herman, yakni bermunculannya sejumlah obyek wisata baru yang serupa namun lebih menjanjikan.Semisal pemandian air panas di kawasan Jalan Sudirman, kawasan Darajat, Taman Wisata Alam Kawah Talaga Bodas, dan Taman Wisata Alam Kawah Papandayan. Sehingga Cipanas Indah pun sulit bersaing.
Hal itu diperparah kondisi sarana dan fasilitas akomodasi di areal Cipanas Indah sendiri yang selama 24 tahun terakhir tak pernah tersentuh perbaikan dan peningkatan. Sedangkan beban target pemasukan untuk pendapatan asli daerah (PAD) terus meningkat setiap tahunnya.
“Obyek wisata lain selain air panas dan kelengkapan sarana prasarananya, daya tariknya kan jelas bentangan panorama alamnya yang memang sangat menjanjikan,” ujarnya.
Herman berharap ada perhatian serius Pemkab Garut serta DPRD terhadap kondisi perkembangan kawasan wisata Cipanas tersebut.
“Jangankan bersaing dengan obyek wisata air panas di luar kawasan Cipanas, untuk bersaing dengan usaha wisata serupa di kawasan Cipanas sendiri sulit, bila kondisi Cipanas Indah tetap seperti sekarang. Tak ada penataan signifikan selain sebatas perbaikan-perbaikan kecil,” imbuh Wiwin (30) salah seorang pemilik warung di sekitar Cipanas Indah.